Kumpulan artikel, makalah, berita terkini, tutorial dan lain-lain

BestChange1

Electronic currency exchanger listing

HADIS AL-FITRAH DALAM PENELITIAN SIMULTAN | BAGIAN 1


Tulisan ini terbagi menjadi beberapa bagian dikarenakan membutuhkan banyak halaman



BAGIAN PERTAMA

HADIS AL-FIT{RAH DALAM PENELITIAN SIMULTAN
EKO YUSUF PERMADI


ABSTRAK
Kata kunci :al-Fit{rah, Simultan, S{ahih, Mashhu<r.
       Penelitian hadis al-Fit{rah dengan pendekataan simultan ini, bertujuan untuk mengetahui kualitas dan mengetahui makna hadisal-fit{rah dengan pendekatan simultan.
       Rumusan masalahnya adalah 1.Bagaimanakah kualitas hadis al-fit{rah dalam analisis simultan? 2.Bagaimanakah kandungan makna  dari hadis al-fit{rah?
      Hadis al-fit{rah yang utama yang hendak diteliti adalah hadis riwayat Abdillah Ibn Umar yang ditakhri<j oleh al-Bukha<ri<.  Dalam sanad hadis di atas terdapat 6  periwayat, yaitu : Yahya Ibn Bukair, Al Laits., Uqail<, Ibn Syihab, Salim dan Abdillah Ibn Umar.
Data-data mengenai hadisnya dan kualitas periwayatnya dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Data-data itu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode content analysis.
Dalam analisis parsialnya diperoleh hasil bahwa :1. Semua periwayat yang ada dalam sanad hadis, seluruhnya berkualitas : thiqah.. 2. Semua periwayat masing-masing bertemu dengan periwayat yang berstatus sebagai gurunya, yakni: persambungan sanadnya \\muttasil. 3. Matan hadis tersebut ternyata tidak shadh, artinya tidak bertentangan dengan dalil naqli<, baik al-Qur’an maupun hadis yang kualitas sanadnya lebih tinggi. 4. Matan hadis tersebut juga tidak terkena illat, artinya tidak bertentangan dengan dalil aqli<, baik dengan akal yang sehat, indera, sejarah , maupun ilmu pengetahuan .Dengan demikian   disimpulkan  bahwa hadis riwayat Ibnu Umar yang ditakhri<j oleh al-Bukha<ri adalah berkualitas  s{ahi<h lidha<tih.
Dalam analisis simultannya, ditemukan bahwa : pertama, hadis tersebut mempunyai 6 hadis tabi’ qas{i<r.  Keenam hadis tawa<bi’nya ternyata tidak dapat meningkatkan kualitasnya, karena sudah berkualitas s{ahi<h.Kedua,hadis tersebut memiliki 4 shahid-nya.  Keempat hadis shahid tersebut dapat meningkatkan derajat—kuantitas--- hadis tersebut yang semula berderajat ahad- ghari<b meningkat menjadi ahad-mashhu<r. Dengan demikian dalam penelitian  simultannya, diperoleh kesimpulan bahwa hadis al-fit{rah yang diriwayatkan  Ibnu Umar yang ditahrij oleh al-Bukha<ri berkualitas: s{ahi<h-mashhu<r( s{ahi<h secara kualitas dan mashhu<r secara kuantitas).
Kandungan maknanya ialah Nabi Muhammad saw mengajarkan bahwa Muslim dengan muslim adalah saudara :good-active  (baik-aktif ).

A.   PENDAHULUAN

Al-Qur’andan hadis merupakan sumber ajaran Islam. Al-Qur’an untuk dijadikan sumber atau dasar ajaran Islam tidak perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu, karena al-Qur’an berstatus qat{i< al-wuru>d. Sementara hadis untuk dijadikan sumber atau dasar ajaran Islam harus dilakukan penelitian dahulu apakah benar hadis tersebut berasal dari Nabi Muhammad saw., karena hadis itu berstatus  z{anni< al-wuru>d. Meneliti suatu hadis, bukan berarti meragukan atau menguji  ke-rasul-an Nabi Muhammad saw, melainkan menguji apakah  yang dikatakan hadis Nabi saw, benar- benar  ucapan, perbuatan  dan taqri>r Nabi saw.
Menurut Syuhudi Ismail,  ada 4 hal yang mendorong mengapa ulama' hadis melakukan penelitian terhadap hadis, yaitu: (1) Hadis sebagai sumber hukum Islam, (2)  Tidak seluruh hadis dicatat pada zaman Nabi saw, (3) Munculnya pemalsuan hadis, dan (4) Proses pembukuan hadis yang terlambat.[1]
       Keempat faktor atau alasan yang diajukan oleh Syuhudi Ismail diatas adalah beberapa alasan yang  faktual dan rasional yang mendorong  penelitian hadis untuk keperluan pengumpulan dan pembukuan hadis dalam kitab-kitab hadis. Setelah hadis-hadis tersebut terkumpulkan dan dibukukan di dalam kitab-kitab hadis, apakah hadis-hadis tersebut masih perlu dilakukan penelitian? Menurut hemat penulis, hadis –hadis tersebut masih perlu diteliti (dilakukan peenelitian).
       Ada beberapa alasan yang mendorong mengapa hadis-hadis tersebut masih perlu diteliti kembali, antara lain  sebagai berikut:
1.      Kitab-kitab hadis itu tidak semuanya memuat hadis yang lengkap unsur-unsurnya, ada matannya, ada sanadnya dan ada mukharrijnya. Memang banyak kitab hadis  yang memuat hadis yang lengkap unsur-unsurnya, tetapi juga ada tidak sedikit kitab hadis yang memuat hadis hanya matannya saja, sanad dan bahkan mukharrijnya tidak. ada. Hadis yang terdapat dalam kitab yang demikian itu, tidak bisa diteliti untuk ditentukan kualitasnya.
2.      Kebanyakan hadis-hadis yang dimuat dalam kitab-kitab hadis, baru diteliti sanadnya saja. Itupun yang diteliti hanya kualitas periwayatnya saja,  kualitas persambungan sanadnya tidak ditelti. Sedangkan kualitas matannya juga belum dianalisis/diteliti.
3.      Semua hadis yang dimuat dalam kitab-kitab hadis itu, baru diteliti secara parsial atau satu sanad saja, belum ada yang diteliti secara simultan atau multi sanad. Pada hal hasil kesimpulan penelitian hadis satu sanad, berbeda dengan hasil kesimpulan penelitian hadis dengan seluruh sanadnya secara bersama-sama.
4.      Hadis --setelah diteliti dan /diperoleh hasil berkualitas sahih--- perlu diamalkan dalam kehidupan nyata. Untuk  mengamalkan hadis  harus dilakukan fiqh al-hadi<th nya terlebih dahulu. Upaya memahami matan hadis hanya dari satu sanad saja adalah tidak memadai, karena kebanyakan  periwayatan hadis itu riw<ayah bi al-makna<. Oleh karena itu, matan yang mau dipahami  perlu dipersandingkan  dengan matan lain  dari sanad lain yang satu  tema untuk dipahami secara bersama-sama.  
       Atas dasar beberapa persoalan tersebut di atas, penelitian hadis secara simultan merupakan suatu kebutuhan mendesak untuk keperluan penelitian hadis.
       Dilihat dari segi isi-kandungannya, hadis Nabi saw ada yang dikategorikan : hadis ahkam, hadis akhlaq dan hadis tarbawi>. Kumpulan hadis ahkam, seperti kitab Bulu>gh al-Mara>m, karya : Ibn Hajar al-Asqalani>, dan kumpulan hadis akhlaq, seperti kitab Riyad} al-S}a>lihi>n karya : al-Nawa>wi> dan kumpulan hadis tarbawi>, seperti kitab T}uhfah al-Mawdu>d bi Ahka>m al-Mawlu>d karya : Ibn al-Qayyi>m al-Jawziyyah.
       Ada 2 pandangan dalam memahami  terminologi hadis tarbawi>, yaitu: Pertama, pandangan yang mengatakan bahwa semua hadis Nabi saw. itu hadis tarbawi>, karena semua hadis Nabi saw. mengandung dan mengajarkan nilai-nilai kependidikan. Dengan demikian, semua hadis Nabi saw adalah hadis tarbawi>, karena semua hadis Nabi saw. mengandung nilai-nilai kependidikan. Kedua, pandangan yang mengatakan bahwa hadis tarbawi> adalah hadis-hadis yang dapat dijadikan landasan bagi teori pendidikan. Jika teori pendidikan yang sederhana menyatakan bahwa pendidikan mengandung sekurang-kurangnya 5(lima) komponen, yaitu : tujuan, pendidik, anak didik,  alat dan lingkungan, maka hadis tarbawi> harus terdiri atas hadis-hadis yang dapat dijadikan landasan untuk merumuskan teori-teori pendidikan, baik yang terkait dengan tujuan, pendidik,  anak didik, alat pendidikan maupun lingkungan pendidikan[2]. Penulisan ini dalam mengartikan hadis tarbawi>, menggunakan pandangan yang kedua. Dengan demikian hadis tarbawi> dirumuskan sebagai berikut :   Hadis tarbawi> adalah hadis-hadis yang  kandungan isinya dapat dijadikan landasan dalam penyusunan teori pendidikan, baik yang terkait dengan komponen: tujuan pendidikan, anak didik, pendidik, alat pendidikan maupun lingkungan pendidikan. Diantara hadis tarbawi> yang digunakan oleh para ilmuwan Muslim dalam menguraikan pandangan Islam tentang persoalan anak didik, adalah hadis-hadis al-fit{rah.[3]
B.   TAKHRI<J AL-HADI<TH
Secara etimologis,kata”takhri>j” berarti : الاظهار والابراز   menampakkan[4]. Secara terminologis, takhri<j didefinisikan sebagai berikut:
Takhri>j adalah :
عزو الحديث إلى مصادره الأصلية المسندة ، فإن تعذرت فإلى الفرعية المسندة ، فإن تعذرت فإلى الناقلة عنها بأسانيدها ، مع بيان مرتبة الحديث غالباً
       Penelusuran hadis ke dalam sumber (kitab) aslinya yang memiliki sanad lengkap, bila berhalangan, maka penelusuran ke dalam kitab  cabangnya, dan bila berhalangan, maka ke dalam kitab yang menukilnya yang lengkap sanadnya, disertakan penjelasan kualitas hadisnya.[5]
         Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, takhri>j al-hadi>th adalah penelusuran hadis ke dalam kitab aslinya—kitab hadis yang dikumpulkannya dari usaha mencari sendiri kepada penghafalnya--yang mempunyai sanad lengkap,dan biasanya di dalam kitab  itu disertakan penjelasan tentang kualitas hadisnya. Itu jika ada. Jika tidak ada, maka penelusuran hanya sampai pada mendapatkan matan hadis  yang lengkap dengan sanadnya saja.
          Penelusuran ini dilakukan untuk mendapatkan hadis utama, hadis-hadis tawa<bi’nya dan hadis-hadis shawa<hidnya.
1.    Hadis Utama :
Hadis Riwayat Abdullah ibn ‘Umar yang ditakhri>j oleh al-Bukha>ri>
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ سَالِمًا، أَخْبَرَهُ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ».(رواه البخاري) [6]
Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Uqail Dari Ibn Syihab, bahwa Salim mengabarinya, bahwasanya Abdullah ibn ‘Umar r.a. mengabarinya, bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda: “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak mendzaliminya dan tidak menyerahkan kepada musuh, barang siapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah memenuhi kebutuhannya”.(HR.al-Bukha>ri>)

2.      Hadis Tawa<bi’nya :

a.       Hadis Riwayat Abdullah ibn ‘Umar yang ditakhri>j oleh al-Bukha>ri> :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ سَالِمًا أَخْبَرَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ» (رواه البخاري)[7]
b.       Hadis Riwayat Abdullah ibn ‘Umar yang ditakhri>j oleh Muslim:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» ((رواه مسلم)[8]
c.       Hadis Riwayat Abdullah ibn ‘Umar yang ditakhri>j oleh Ahmad:
حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللهِ أَخْبَرَهُ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ أَخْبَرَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ، كَانَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه احمد)[9]
d.       Hadis Riwayat Abu> Hurayrah yang ditakhri>j oleh Abu< Da<wu>d:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ فَإِنَّ اللَّهَ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» (رواه ابوداود)[10]
3.    Hadis Shawa<hidnya :

a.     Hadis  riwayat Abu Hurairah, yang ditakhri>j oleh al-T}abra>ni> :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ يَعْنِي ابْنَ قَيْسٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، مَوْلَى عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ» (رواه مسلم)[11]




[1] Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad (Jakarta : Bulan Ibntang, 1988) ,75-104.
[2] Ahmad Tafsir,”Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber teori Ilmu pendidikan Islam” Makalah (22 Juli 1997), 4-5.
[3] Hadis-haadis al-fit{rah ini jumlahnya banyak , diriwayatkan dalam banyak sanad dengan matan yang bermaca-macam yang tersebar di dalam banyak kitab-kitab hadis. Dalam penelitian disertasi ini dipilih sepuluh hadis dari kitab-kitab hadis yang standar saja yang memuat hadis secara lengkap unsur-unsurnya  sanad dan matannya.
[4]Ha>tim ‘A>rif al-Shari>f, al-Tahri>j wa Dira>sah al-Asa>nid, Juz.1, 2. CD Shoftware Maktabah .Sha>milah, Is}da>r al-Tha>ni>.
[5]Ha>tim ‘A>rif al-Shari>f, al-Tahri>j wa Dira>sah………….., Juz.1, .2.
[6]al-Bukha>ri>, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h al-Musnad Min H{adi>th Rasu>l Alla>h saw Wa Sunanihi Wa Ayya>mihi, Juz 9, .22. http://www.al-islam.com.
[7]Al-Bukha>ri>, al-Ja>mi…………..,Juz.5, 144.
[8]Musljm Ibn al-Hajjaj, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h al-Musamma> S}ahi>h Muslim, Juz 4, 1996,http://www.al-islam.com.
[9]Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad, Juz 9, 463, http://www.al-islam.com
[10]Abu< Da<wud,Sunan Abi< Da<wu<d, Juz 4, 273.,http://www.al-islam.com.
[11]Musljm Ibn al-Hajjaj, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h al-Musamma> S}ahi>h Muslim, Juz 4, 1986,http://www.al-islam.com.
[12]al-Bukha>ri>, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h al-Musnad Min H{adi>th Rasu>l Alla>h saw Wa Sunanihi Wa Ayya>mihi, Juz 9, .22. http://www.al-islam.com.

LANJUT BAGIAN 2

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "HADIS AL-FITRAH DALAM PENELITIAN SIMULTAN | BAGIAN 1"

Back To Top