PENELITIAN
UPAYA PENANGANAN MASALAH
YANG DIHADAPI SISWA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap siswa memiliki hak yang sama dalam memperoleh peluang untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki perbedaan. Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar atau yang berperilaku bermasalah. Anak-anak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Begitu pula dengan siswa yang sehari-hari selalu membuat berbagai tingkah dan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar atau perilaku yang bermasalah. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah, bertingkah laku yang baik dan sesuai aturan, menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar atau berperilaku bermasalah.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar atau berperilaku masalah dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, nakal, ataupun gagal.
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar atau perilaku bermasalah. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar atau perilaku bermasalah tersebut agar tetap dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
B. Perumusan masalah
1. Pengertian anak yang kesulitan belajar dan yang berperilaku bermasalah?
2. Bagaimana ciri-ciri anak yang kesulitan belajar dan yang berperilaku masalah ?
3. Bagaimana cara memberikan solusi berupa bimbingan kepada anak-anak tersebut ?
4. Bagaimana hasil setelah anak tersebut diberikan bimbingan ?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui ciri-ciri anak yang kesulitan belajar dan yang berperilaku masalah
2. Melakukan observasi, pengamatan langsung pada objek untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa.
3. Memberikan solusi berupa bimbingan kepada siswa yang bermasalah.
4. Menjadikan siswa yang bersangkutan lebih baik dari sebelum bimbingan.
D. Manfaat penelitian
· Bagi peneliti
1. Memberikan kesempatan kepada peneliti (mahasiswa) untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa sebagai calon guru.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk lebih mengenal calon anak didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan masalah yang mereka hadapi.
3. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
· Bagi siswa
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan isi hatinya akan butuhnya perhatian dari orang tua dan kita selaku pendidik, pembimbing dan orang tua.
2. Setelah mendapatkan bimbingan, setidaknya mereka akan mencoba dan berusaha untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi dengan bimbingan guru dan orang tua, dan berusaha untuk lebih baik.
3. Membangkitkan semangat belajar siswa dan aktif. Tidak merasa minder lagi, jadi lebih percaya diri, dan membuang jauh-jauh rasa putus asa.
BAB II
A. IDENTIAS SISWA
1. Identitas siswa
a) Nama : Ahmad Ilham Habibi
b) Jenis Kelamin : Laki-laki
c) Kelas : IX MTs Madrasatul Qur an Tebuireng
d) Tempat / Tanggal Lahir : Jombang, 24 Mei 1996
e) Agama : Islam
f) Tinggal Di : Pondok Pesantren Madrasatul Qur an
g) Posisi siswa dalam keluarga : anak ke 2 dari 3 orang saudara.
2. Nama orang tua
a) Ayah
Nama : M. Habibi
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat : Ngelom RT04 RW04 Taman Sidoarjo
b) Ibu
Nama : Siti ‘Aisyah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Ngelom RT04 RW04 Taman Sidoarjo
3. Kondisi fisik
a) Tinggi badan : 150 cm
b) Berat badan : 45 kg
c) Penyakit yang sering diderita : Sakit Paru-Paru
d) Kondisi badan : Utuh
4. Cita – cita
a) Setelah lulus SD : Meneruskan Di MA Madrasatul Qur an
b) Pekerjaan : DA’I Kondang
5. Minat terhadap mata pelajaran
a) Mata pelajaran yang disenangi : Bahasa Indonesia
b) Mata pelajaran yang tidak disenangi : Matematika
B. PENGUMPULAN DATA
Nama Madrasah : MTs Madrasatul Qur an
Alamat : Ds. Tebuireng Kec. Diwek Kab. Jombang
v Pedoman Wawancara
1. Waktu Wawancara : Selasa, 08 November 2011
2. Tempat Wawancara : MTs Madrasatul Qur an tebuireng
3. Masalah : Kesulitan belajar pada anak
4. Jalannya Wawancara : Lancar
a) Data yang Saya Dapat dari Siswa Bersangkutan
Hasil wawancara yang saya lakukan dengan siswa, saya mendapati bahwasanya siswa ini tidak suka belajar dikarenakan capek kalau belajar, dari beberapa mata pelajaran yang paling dia sukai adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia karena enak bayak critanya dan tidak sulit, lalu mata pelajaran yang paling tidak dia sukai adalah pelajaran matematika karena pelajaran itu sulit dan tidak faham sama sekali. Dan dari siswa ini dia tidak begitu lancar dalam membaca.
b) Data Yang Saya Dapat dari Wali Kelas
Informasi dari wali kelas menyatakan, bahwasannya Anak ini sering tidak memperhatikan pada waktu mata pelajaran matematika, dan dia sering pusing kalau disuruh mengerjakan soal tentang pelajaran matematika, didalam raportnya pun nilai yang terendah adalah pelajaran matematika.
c) Data Yang Saya Dapat Dari Guru Mata Pelajaran
Dari guru mata pelajaran menyatakan bahwasannya siswa ini jarang sekali masuk kelas dikarenakan sakit, dan apabila masuk dia tampak begitu tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran matematika, apalagi kalau dikasih tugas atau PR dia selalu tidak bisa mengerjakannya, nilai ulangannya pun terus menurun.
d) Data Yang Saya Dapat Dari Teman Dikelasnya
Data yang saya dapat dari teman-teman dikelasnya, itu sama dengan data yang saya dapat dari guru mata pelajaran, bahwasannya ainin ini tidak bisa mengerjakan soal atau PR yang diberikan oleh guru, dan dia sering diam kalau dikelas, ainin juga tidak penah bermain dengan teman-temannya kalu disekolahan.
e) Data Yang Saya Dapat Dari Nilai di Raportnya
Setelah saya teliti didalam buku raportnya bahwasannya pada saat kelas 1 dan 2 nilainya normal-normal saja, tetapi pada saat kelas 3 nilainya agak sedikit menurun.
C. USAHA PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan observasi yang saya laksanakan, saya mendapatkan bahwa kesulitan belajar pada Ainin dikarenakan siswa tersebut tidak memiliki kemampuan dalam berhitung ( dyscalculia ), hal ini dipengaruhi oleh faktor sosial yaitu keadaan keluarganya yang kurang memperhatikan kebutuhan dia dalam belajar berhitung. Masalah siswa ini dapat diatasi dengan penanganan matematika yang intensif, dengan melalui teman sebangku atau teman sekelasnya, dan dengan mengambil jalan pintas.
D. USAHA PENCEGAHAN
Seperti sudah dinyatakan diatas bahwasannya masalah siswa ini bisa diatasi dengan 2 ( dua ) cara yaitu, dengan cara penanganan metematika yang intensif, dengan melalui teman sebangku atau teman yang satu kelas, dan dengan mengambil jalan pintas.
Dengan cara yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Dengan cara yang kedua, yaitu teman sebangku atau teman yang satu kelas, dari teman sebangku atau satu kelas kita dapat memintak pertolongan dari mereka untuk selalu bisa membantu ainin dalam mengerjakan tugas, kita juga dapat meminta kepada teman-temannya untuk tidak selalu mengucilkannya, karna supaya ainin lebih akrab dengan teman-temannya dan dia pun akhirnya tidak akan condong diam saja kalu dikelas.
Dengan cara yang ketiga, yaitu jalan pintas, sebagaimana Ainin diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
E. PIHAK YANG DILIBATKAN
Pihak yang saya libatkan didalam penelitian ini adalah :
1. Siswa yang bermasalah.
2. Wali kelas
3. Guru mata pelajaran
4. Teman sebangku atau satu kelas
5. Dan dari raport
F. ALIH TANGAN
Didalam penelitian ini tidak ada alih tangannya.
BAB III
A. KESIMPULAN
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
B. SARAN
Bagaimanapun upaya interaksi positif diciptakan dan dilakukan oleh guru, perilaku bermasalah mungkin masih dapat mucul. Setiap masalah yang muncul, guru pun harus menanganinya dengan cara efektif dan tepat waktu. Untuk hal ini, guru harus memiliki teknik konseling, memfokuskan pada pemahaman, bersama-sama mengatasi masalah perilaku acuh yang tak pantas sambil memberdayakan perilaku yang pantas. Namun demikian, guru penting selalu memahami bahwa perilakunyalah yang pertama harus dievaluasi sebelum mengevaulasi perilaku anak. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat melihat melampaui perilaku yang tak pantas itu dan melihat seorang manusia yang patut dihargai dan dididik (Ahuja et al., 2006).
Evertson (2003) dalam Santrock (2008), membedakan dua bentuk intervensi dalam menangani perilaku bermasalah, yaitu intervensi minor dan intervensi moderat. Beberapa problem yang ditangani dengan intervensi minor adalah perilaku yang biasanya mengganggu aktivitas kelas dan proses belajar-mengajar. Misalnya, rebut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa izin, bercanda sendiri, atau makan permen di kelas. Sedangkan beberapa perilaku yang salah lainnya membutuhkan intervensi yang lebih kuat (intervensi moderat). Misalnya, ketika siswa mengganggu aktivitas, keluar dari kelas, atau mengganggu pelajaran.
0 Komentar untuk "PENELITIAN UPAYA PENANGANAN MASALAH YANG DIHADAPI SISWA "