A. Pengertian
aswaja.
Ahlusunnah waljama’ah menurut bahasa yang
berarti jalan,perjalanan juga dapat
berarti kebiasaan baik itu kebiasaan baik atau buruk. Sedangkan menurut syara’
istilah para ‘ulama’ berbeda pendapat dalam mendefinisikanya :
a.
Menurit ahli
hadist:Semua yang dikutip dan diriwayatkan dari Nabi baik berupa perkataan, parbuatan,
ketetapan, bentuk, sifat, perjalanan tau kebiasaan, baik sebelum beliau
diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya.
b.
Menurut ahli
fiqih: Semua yang ditetapkan dari Nabi berupa hukum yang tidak termasuk dalam
kelompok fardlu maupun wajib.
c.
Menurut ahli
usuludin: Semua yang datang dari Rasulullah selain Alquran, yaitu berupa
perkataan, perbuatan, dan ketetapan.
B. Sumber
Aqidah Aswaja.
Dikalangan aswaja telah masyhur dan telah
menjadi kesepakatan bahwa dalam masalah
usuludin (pokok-pokok agama), ilmu, hukum, dan akhlaq bedasarkan kepada:
a.
Al-Quran
Bagi aswaja Alquran merupakan
sumber utam adam segala hal yang meliputi: Aqidah, ibadah, mu’amalah, dan
akhlaq. Mereka meyakini bahwa alquran adalah
firman Allah yang merupakan sebaik-baik perkataan.
b.
As-sunnah
Dalam keyakinan aswaja As-sunnah
mendapat tempat yang sangat terhormat dan termulia, ia menempati urutan kedua
sebagai petunjuk bagi umat setelah kitab suci Alquran, Ketinggian dan
kemulyaannya dapat diliahat dari
berbagai ketetapan hukum dalam syari’at
Islam, bahkan as-sunnah merupakan kunci
untuk memahami agama Allah yang mulia ini.
c.
Al-ijma’
Bagi aswaja, ijma’ merupakan
dasar ketga setelah Alquran dan hadist yang shohih.
C. Pandangan
aswaja tentang taqdir
Aswaja sangat meyakini bahwa taqdir itu
memang ada, baik yang meyangkut kebaikan maupun keburukan. Keyakinan ini
bedasarkan kepada dalil-dalil yang bersumber dari wahyu, Alquran, dan As-sunnah
yang shohih, serta keterangan dari para sahabat.
Taqdir pada hakikatnya adalah rahasia Allah terhadap semua mahluq-Nya dalam menciptakan
segalanya. Dialah yang mengadakan segala sesuatu itu menjadi ada dan Dia pulalah
yang menjadikan sesuatu itu tidak ada. Dia pula yang menghidupkan dan Dia
pulalah yang mematikan, dan seterusnya.
Dalili-dalil yang digunakan sebagai pegangan
dalam menyakini bahwa takdir itu ada, diantaranya adalah:
a.
Dalil
Alquran.
Firman Allah, yang artinya: ”Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia telah menetap mentaqdirkan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya.”(Al-furqon:2)
b.
Dalil
Hadist.
Dalam sebuah riwayat yang
bersumber dari Umar bin khotob menceritakan bahwa pada suatu hari pernah datang
kepada Nabi seorang laki-laki tampan ,gagah. Orang ini bertanya kepada
Rasulullah tentang empat hal, yaitu: Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari
kiamat.
Rasulullah menjawab, yang artinya: ”Iman itu adalah bahwa kamu beriman kepada
Allah, para malaikat-Nya,kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir,serta beriman
pada qadar baik dan buruknya.(HR.Muslim).
D. Pandanan
aswaja tentang Iman.
a.
Iman adalah
perkataan dan perbuatan
Iman tidak cukup hanya dengan perkataan belaka,tetapi harus
diwujudkan dengan amal nyata sebagai bukti dari apa yang telah diucapkan. Keyakinan
mereka dalam hal ini berdasarkan dalil
diantaranya adalah:
1.
Hadist yang
diriwayatkan Ali bin Abi tholib bahwa Rasulullah memberikan penjelasan tentang
pengertian Iman dalam sabdanya:
“Iman itu berupa pengenalan dengan hati, penuturan
dengan lisan, serta pengamalan dengan anggota badan”.
2.
Ibnu Bathah
menceritakan bahwa Hasan Al-basri pernah mengatakan iman bukanlah sekedar
perhiasan (tampak lahirnya) saja dan bukan pula sekedar angan-angan, tetapi
merupakan sesuatu yang ditetapkan didalam hati dan dibenarkan melalui mal
perbuatan. Barang siapa yang berkata baik, tapi perbuatanya tidak sholeh, maka
Allah menolak perkataanya itu. Namun barang siapa yang berkata baik dan berbuat
sholih, maka Allah menerima amal perbuatan tersebut. firman Allah:
“naik Kepada-Nyalah perkataan-perkataan yang
baik dan amal yang sholeh dinaikkan.”
(Fathir:10).
b.
Iman
bertambah dan berkurag.
Iman juga dapat mengalami pasang surut. Artinya
Iman memiliki potensi untuk bertambah dan berkurang. Dalam kaitan bertambah dan
berkurangnya iman, ada dalil yang berkaitan. Seperti firman Allah:
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu hanyalah apabila disebutkan nama Allah maka bergetrlah
hatinya, dan apabila dibacakan atas mereka ayat-ayat-Nya bertanbahlah Iman
mereka, dan kepada tuhanya mereka bertawakkal.”
(Al-anfal:2)
Dalam kaitan bertambah dan berkurangnya iman,
sangatlah bijak bila seseorang mau mengkaji kembali apa yang dulu pernah
dilakukan oleh para sahabat dalam upaya menambahdan menguatkan iman. Misalnya
Ibnu Abi Syaiban pernah meriwayatkan bahwa Umar bin Khotob berkata kepada
sahabatnya, ”Marilah kita menambah Iman” lalu mereka berdzikir kepada Allah.
E. Pandangan
aswaja terhadap Akal.
Akal atau rasio yang dimilki oleh seseorang
merupakan bagian dari sekian banyak nikmat dan karunia Allah yang wajib
disykuri. Bagaimanapun akal merupakan alat dalam memahami agama islam yang
telah diturukan Allah kepada para Rsul-Nya, serta menjadi syarat untuk diwajibkannya
suatu hukum atasnya. Namun perlu diingat, tidak semua persoalan dalam agama
yang mampu dijangkau oleh kekuatan akal semata.ni disebabkan keterbatasan
kemampuan akal yang ada pada manusia.
Dalam ajaran islam yang bersumber dari
Alquran dan hadist shahih sebagaimana yang telah difahami olah para generasi
terbaik dari umat ummat ini yakni para sahabat, tabi’in, serta para imam kaum
muslimin yang telah diberi hidayah oleh Allah maka keberadaan akal menurut
pemahaman aswaja dapat digambarkan sebagai berikut:
a.
Islam sangat
menghormati akal.
Islam adalah agama yang diturukan Allah untuk
kepentingan dan kebaikan umat manusia, sangat menghormati dan menghargai akal
yangdimiliki manusia. Karena memang agama Allah ini diturunkan untuk manusia
yang berakal, dan tidak ada manusia yang tidak berakal.
b.
Akal memilki
keterbatasan.
Seperti
ysng telsh dikemuksksn bahwa akal yang dimilki oleh manusia sangat
banyak kekurangan dan keterbatasannya. Itu dapat dilihat dari realita yang ada;
Diantara manusia ada yang tajam akalnya (pintar) dan ada pula yang tumpul
akalnya (bodoh). Demikian yang dikatakan oleh sebagian madzhab Hambali dan Imam
Ghozali.
c.
Sikap para
sahabat terhadap akal.
Para sahabat sangat menghormati akal, bahkan
ad diantara mereka yang terkenal dengan ijtihad yang dilakukannya. Seperti
Mu’ad bin Jabal.Ibnu Abbas,Ibnu Umar,dll. Meskipun demikian, jika ada
wahyu-Alquran dan hadist yang tidak mereka mengerti atau berbeda dengan alur
pikirannya,mereka langsung tunduk kepada wahyu tersebut.seperti yang telah digambarkan
berikut ini:
Berdasarkan kepada perintah Rasulullah SAW
kepada para sahabatnya, Ibnu Abbas untuk mengerjakan haji tamattu’ (mendahulukan umrah dari haji pada tahun
yan sama). Lalu dikatakan kepadanya, ”Sesungguhnya Abu Bakar mengerjakan haji ifrad (melakukan ihram dari miqod dengan
haji saja), bukan haji tamattu’. ”Ketika
para sahabat ramai membicarakannya, Ibnu Abbas berkata,” hampir saja ditimpakan
batu atas kalian sebagai azab dari langit, aku mengatakan apa yang telah
dikatakan oleah Rasulullah, sementara kalian mengatakan apa yang dikatakan Abu
Bakar dan Umar.
d.
Akal
hanyalah sebagai “alat” dalam memahami wahyu.
Mengingat akan keterbatasan dan kekurangan
yang dimiliki oleh akal dalam memahami agama Allah (islam), mestilah melalui
wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya jika ada ayat
atau hadist yang belum dimengerti, dan jika ada ayat atau hadist yang
bertentangan dengan akal,maka akal yang memiliki segudang kelemahan itu harus
tunduk pada ketentuan ayat atau hadist itu.
Akal tidak mampu menentukan hakikat kebenaran
dan hakikat kebatilan. Sekali lagi dikatakan akal hanyalah sebagai “alat” dalam
memahami wahyu. Kebenaran yang sesungguhnya dan kebatilan yang hakiki hanya
akan dapat ditentukan melalui wahyu llah yaitu Alquran dan Hadist shahih. Yang
demikian itu karena yang memiliki kebenaran hanyalah Allah, dan perkataan yang
terjamin kebenaranya hanyalah perkataan Rsulullah SAW.
F. Keyakinan Aswaja terhadap Para sahabat.
Menurut keyakinan aswaja, para sahabat
semuanya adalah orang-orang yang adil, baik
dan mulia. Keyakinan ini bedasarkan kepada suatu kenyataan dimana Allah dan
Rasul-Nya telah memberikan penghormatan dan snjungan kepada akhlaq mereka. Mereka
telah banyak mengorbankan harta dan bahkan jiwanya dihadapan Rasulullah karena
keinginan meereka begitu tinggi untuk memperoleh pahala disisi Allah SWT.
a.
Keutamaan
para sahabat secara keseluruhan.
Dalil-dalil yang menyebutkan tentang keutamaan para sahabat
Rasulullah SAW berasal dari berbagai sumber, baik Alquran maupun Hadist, yakni:
1. Dalil
Alquran yang artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama masuk islam diantara
orang-ornag Muhajirin dan orang-orang Ansor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada mereka; dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surg ayang mengalir sungai-sumgai didalamnya;mereka kekal
didalamnya selama-lamanya.Itulah kemenangan yang sangat besar.” (At-taubah:100 ).
2.
Dlil
As-sunnah
Abu Sa’id Al-khudri mengatakan, Rasulullah
bersabda:
“Janganlah kamu mencaci maki seorang pun
diantara sahabatku.Sekiranya salah seorang diantara kamu menginfakkan emas
sebesar (bukit) uhud ,(nilainya) tidak akan lebih besar dari sati mud yang
mereka infakkan,bahkan setengahnya pun tidak.”(HR.Muslim)
b.
Keutamaan
Khulafau-rasyidin.
Aswaja juga mryakini bahwa dika;angan
dika;angan para sahabat tersebut ada
kelebihan antara satu dengan yang lainnya. Sepeti kelebihan dan keytamaan yang
ada pada kholifah yang empat dari para sahabat yang lain. keyakianan mereka ini
berdasarkan dalil, antaranya hadist yang diriwayatkan dari salah seorang
sahabat yang bernama Al-‘Irbath bin Sariyah, ia mengtakan , Pada suatu hari
Rasulullah sholat bersama kami, kemudian beliau mengahdap kepada kami, lalu
memberi kami nasehat yang menyebabkan iar mata bercucuran dan hati bergetar.
Salah seorang diantara kami ada yang
bertanya,” Ya Rasulullah, seolah-olah nasehat ini adalah nasehat yang terakhir,
apa yang engakau katakan kepada kami? ”Rasulullah menjawab, ”Aku wasiatkan kepada kamu sekalian supaya
kamu tetap bertaqwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat kepada perintah, sekalipun
diperintah oleh seorang hamba Habasyih (seorang hamba yang berkulit hitam). Sesungguhnya
barang siapa nanti dianatra kamu berpegang teguh kepada sunnahku da sunnah
khullafaurasyidin. Dan berpegang teguhleh kepda sunnah itu denagn kokoh serta
hindarilah perbuatan bid’ah,sebab sesungguhnya bid’ah itu sesat.” (HR.Abu Daud).
c.
Keutamaan
sepuluh sahabat.
Diantara sekian banyak sahabat tersebut, ada
diantara mereka yang langsung mendapat kabar genbira dari Rasulullah, bahwa
mereka akan masuk suraga.Mereka ini ada 10 yaitu:Abu Bakar As-syidiq, Umar bin
Khottob, Ustman bin Affan, Ali bin Abi tholib, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman
bib Auf, Zubair bin Awwam, Sa’at bin abi Waqqas, Said bin Zaid, Abu Ubaidillah
bin Zarrah.
Yang menjadi dasar oleh para ulama’ aswaja
dalam masalah ini adalah: hadist yang diriwayatkandari Sa’id bi Zaid ia
mengatakan bahwa dia pernah mrndengar Rasulullah SAW Bersabda:
“Ada 10 orang
yang dijamin masuk syurga; Abu Bakar As-syidiq masuk surga, Umar bin Khottob
masuk surga ,Ustman bin Affan masuk
surga, Ali bin Abi tholib masuk surga, Thalhah bin Ubaidillah masuk surga, Abdurrahman
bib Auf masuk surga jika aku mau, aku akan menyebutkan (nama yang
kesepuluh).”(Sa’id bin Zaid) mengatakan,Mereka (para sahabat) bertanya,”
Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau diam. Mereka bertanya lagi, ”Siapakah
dia? Beliau lalu menjawab, ”Said bin Zaid.” (HR.Abu
Daud).
d.
Keutamaan
para sahabat yang masuk islam sebelum fathul mekkah.
Kepada mereka yang masuk islam dan beriman
sertaberbagai kebaikan yang telah mereka lakukan seperti bersedekah dan
berjihat dimedan perang sebelum terjadinya
fathu mekkah (penaklukan kota mekkah) yang terjadi pada tahun kedelapan
hijriah, Allah telah memberikan kehormatan dan kemulyaan serta derajat yang
tinggi kepada mereka.
G. Beberapa hal
yang menjadikan aswaja berbeda dengan golongan lain.
a.
Aswja
terdiri dari genersi sahabat,tabi’in dan tbi’ tabi’an.
Mereka ini
kan senantiasa berpegang teguh kepada perisip dasar dan metode yang
telah ditempuh oleh para pendahulunya. Mereka tidk mau menerima hal-hal yang
berhubung denagn agama ekcuali yang benar-benar diketahui bersumber dari
Alquran dan hadist shoheh, yang berdasarkan kepada pemahaman yang telah diterima oleh para sahabt, tabi’in,
dan tabi’ tabi’in.
b.
Aswaja
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan
ummat.
Aswaja adalah golongan yang senantiasa
menjujung tinggi persatuan dan kesatuan ummat.
Mereka merupakan pelanjut alami dari generasi
sebelumnya dengan komitmen yang tinggi kepada alquran da as-sunnah, serta
ijjma’. Mereka denagn segala upaya berusaha untuk menjauhkan diri dari hal-hal
yang berbau syubhat yang pada akhirnya akan dapat menyeret dan menjerumuskan
ummat kedalam perpecahan. Jika mereka tidak menghindarkan diri dari hal-hal
yang dapat merusak tersebut, yang akan terjadi adlah musibah besr yang akan
menimpa mereka pada masa akan datang. Bagaimanapun menurut keyakinan mereka
bahwa jama’ah menjadi faktor penentu bagikelanggengan dan keselamatan
ummat.baik keselamatan duniawi maupun ukhrawi. Keteguhan mereka dengan
berpegang teguh kepada perinsip ini merupakanperwujudan dari ketulusan dan
kejujuran terhadp petunjuk Allah.
c.
Aswaja masuk
kedalam Islam secara kaffah.
Mereka masuk kedalam tununan agama Allah ini secara total, tidak
setenagh-setengah. Total dalam arti segala aspek kehidupan mereka disinari oleh
nilai-nilai yang islami. Islam bagi mereka bukan sekedar mengatur hal-hal yang
bersifat ukhrawi tetapi juga duniawi. Kerena bagi mererka, alquran adalah
pedoman dalam menata dan mengatur kehidupan
didunia ii secra menyeluruh, begitu juga denagn sikap mereka dalam
hadist-hadist Nabi yang shohih sebagai penjabaran yang sempurna terhadap
Alquran.
d.
Aswaja mengukur
kemulyaan seseorang hanya dengan Taqwa.
Aswaja meyakini bahwa ketinggian dan
kemuliaan martabat seseorang bukanlah ditentukan oleh pangkat dan jabatan
maupun harta dan keturunan.
Karena kesemuanya itu hanyalah atribut dan
perhiasan diniawi belak dan tidak ada kaitanya denagn kemulyiaan sesesorang
disisi Allah. Bagi aswaja yang
menentukan mulia dan tidkanya seseoarang dihadapan Allah adalah sejauh mana
kedekatanya dengan Allah. Dengan kata lain, hanya ketaqwannyalah yang dijadikan
sebagai tolak ukurnya.
e.
Keyakinan
aswja terhadap asmaul husna.
Keyakinan mereka yang berhubungan dengan asma
dan sifat Allah adalah menetpakan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
diri-Nya dalam kitab-Nya serta apa yang telah ditetapkan oleh Muhammad untuk
Allah melalui sabdanya; menolak semua sifat yang dinafikan(ditiadakan) Allah
tehdap dirinya, baik melalui kitab-Nya maupun melalui lisan Rasul-Nya yang
mulia, tanpa mengubah makna yang sesungguhnya kepada makna yang laian.
Denagn
demikian aswaja meyakini bahwa Allah mempunyai nama-nama yang baikserta
sifat-sifat yang sempurna.
f.
Aswaja yakin
bahwa Allah dapat diliahat pada hari kiamat.
Mereka menyakini bahwa Allah tidak dapat
diliaht didunai ini oleh siapaun.Hal ini karena ketidak mampuan manusia untuk
melihat-Nya.Jika manusia yang mempunyai akal sehat mau merenung sejenak tentang
kebesarandan keagunagn Allah, kemudian menyadari akan kelemahan dan keter
batasan kemampuan yang dimilkinya, tentu ia akan mengatakan , janagnkan untuk
meliahat dzt Allah, untuk meliaht sebagian dari makhluq-Nya yang masih teramat
kecil, seperti matahari yang disaat bersinarterik, manusia sudah tidak sanggup
karena keterbatasan kemampuanyang ada padanya.
Sementara diakhirat kelak, aswaja meyakini
denagn seyakin-yakinya bahwa orang-ornag beriman sebag aimana yang tekah
ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, akan dapat melihat Tuhanya denagn mata
kepala tanpa ada suatu pengahalang yang menjadi pembatasnya.
KEUNGGULAN
BUKU
Buku ini
memiliki keunggulan dari cara penulisan kitab Panduan Aqidah Ahlu sunnah
Waljma’ah Memang baik dan mudah difahami,sehingga membuat tidak bosan dalam
membacanya.Dari segi isi pun buku ini cukup menarik.dan lengkap.
SARAN-SARAN
TERHADAP BUKU
Agar
pengarang lebih teliti dalam penulis dan lebih memperbanyak pengetahuan,sehingga
bisa lebih baik dalam menciptakan karya islami khususnya untuk ahlu sunnah
waljama’ah.Sehingga dapat memberitahukan kepada khalayak umum tentang apa itu
aswaja.
MANFAAT BUKU
Buku ini
memiliki manfaat para penbaca untuk mengetahui dan memahami Panduan Aqidah Ahlu
sunnah Waljama’ah.Suatu aliran yang dianut oleh mayoritas ummat islam
indonesia.
0 Komentar untuk "AQIDAH AHLUSUNNAH WALJAMA’AH"